Suku Inuit: Masyarakat yang Bertahan Hidup di Kutub Utara
Suku Inuit di Alaska termasuk di antara masyarakat paling tangguh di bumi. Mereka hidup dalam kondisi yang keras, bergantung pada lingkungan alam untuk makanan, tempat tinggal, dan kehangatan. Mereka juga menyesuaikan diri dengan tantangan sosial dan ekonomi baru yang disebabkan oleh perubahan iklim. Banyak ilmuwan percaya bahwa kemampuan suku Inuit untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar merupakan pelajaran bagi seluruh dunia.
Ross Schaeffer adalah salah satu ilmuwan tersebut. Ia mempelajari ekosistem Arktik di Universitas Alaska di Fairbanks. Ia dan timnya khawatir bahwa laju perubahan iklim yang cepat telah memengaruhi habitat satwa liar di daerah tersebut. “Ini merupakan masalah besar,” katanya. “Es laut mencair, ikan bergerak lebih jauh ke selatan, dan populasi burung laut berkurang.”
Secara historis, suku Inuit bergantung pada penangkapan ikan dan perburuan untuk bertahan hidup. Namun, kegiatan tradisional ini menjadi semakin sulit dilakukan dalam menghadapi pemanasan global. Suku Inuit perlu mencari sumber pendapatan lain, dan masyarakat berupaya membangun ekonomi berkelanjutan yang ramah lingkungan.
Namun, meskipun suku Inuit berusaha melestarikan nilai-nilai tradisional mereka, mereka juga menantikan masa depan dengan standar hidup Barat. Mereka ingin anak-anak mereka memiliki kesempatan yang tersedia di bagian lain negara tersebut, tetapi mereka tidak ingin anak-anak mereka kehilangan identitas budaya mereka dalam prosesnya.
Untuk membantu mereka mempersiapkan diri menghadapi perubahan ini, suku Inuit mendirikan pusat pembelajaran berbasis masyarakat di Kotzebue. Pusat tersebut merupakan tempat bagi suku Inuit untuk berkumpul, belajar, dan bertukar ide satu sama lain, serta untuk berbagi budaya mereka dengan para peneliti yang berkunjung. Pusat tersebut bertujuan untuk membantu suku Inuit menjadi mandiri dan berdikari, serta mengembangkan keterampilan untuk masyarakat industri modern.
Pusat tersebut memiliki sejumlah fasilitas, termasuk rumah kaca yang menanam sayuran hijau dan sayuran lainnya untuk suku Inuit. Pusat tersebut juga menyediakan pelatihan menjahit, pertukangan, dan pertukangan kayu. Pusat tersebut merupakan yang pertama di Arktik, dan diharapkan dapat menjadi model bagi masyarakat lain yang menghadapi tantangan yang sama seperti suku Inuit.
Namun, yang terpenting adalah pusat tersebut menyediakan peralatan yang dibutuhkan suku Inuit untuk membangun kehidupan yang sukses di lingkungan baru ini. Itulah satu-satunya cara mereka dapat bertahan hidup, dan juga satu-satunya cara mereka dapat meneruskan tradisi budaya mereka. Di masa lalu, laki-laki bertanggung jawab atas kehidupan dan kelangsungan hidup keluarga, sementara perempuan mengurus anak-anak. Kini, kedua peran tersebut berubah, dan suku Inuit telah menemukan bahwa mereka jauh lebih mampu untuk berhasil sebagai sebuah komunitas ketika mereka bekerja sama dalam batasan wilayah mereka. Pusat tersebut merupakan bukti kerja sama ini. Ini adalah kutipan dari sebuah artikel dalam majalah Smithsonian edisi April 2019. Untuk informasi selengkapnya, berlangganan Smithsonian.